Senin, 04 April 2016



Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung
Puyuh Di Daerah Pasir Kawung
Cileunyi
Kabupaten Bandung

ABSTRAIK
Pengembangan usaha peternakan burung puyuh mempunyai harapan yang  cukup menjanjikan untuk masa yang akan datang. Kenaikan permintaan telur tidak dapat dipenuhi oleh beberapa peternakan burung puyuh yang ada di kota Bandung. Penyebab dari keterbatasan kapasitas produksi yaitu besarnya investasi  yang harus dikeluarkan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan adalah analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek sumber daya
manusia, aspek legal dan lingkungan,  serta aspek finansial.
Berdasarkan kelima aspek tersebut bahwa peternakan burung puyuh di daerah Pasir Kawung Cileunyi, Kabupaten Bandung dinyatakan ayak.
Analisis finansial  yang diperoleh adalah Payback Period 3 tahun 7 bulan, Net Present Value sebesar Rp. 491.631.958,-, dan Internal Rateof Return sebesar 27,63%.


Kata Kunci: Peternakan Burung Puyuh,Analisis Kelayakan Bisnis













1.PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Potensi pengembangan komoditas peternakan yang masih cukup besar menjadikan alasan utama untuk menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Pengaruh sektor peternakan yang besar terhadap masyarakat Indonesia tidak terlepas dari fungsi dasar sektor peternakan dalam pemenuhan pangan dan gizi masyarakat
Indonesia, terutama kebutuhan protein hewani. Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan,dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil sektor peternakan sebagai sumber protein hewani meningkat. Ternak burung puyuh sebagai penghasil telur ini dapat dijadikan alternatif untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat.Apabila dilihat dari kenyataan di lapangan, ternyata peternak burung puyuh yang sudah ada
dan tersebar di beberapa daerah, kualitas dan kuantitasnya masih ada
yang dibawah harapan konsumen. Hal yang menjadi kendala para peternak adalah keterbatasan modal.Selama ini peternak yang ada hanya menggunakan modal yang seadanya. Sebelum melakukan usaha peternakan burung puyuh, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha agar mengetahui resiko yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha peternakan burung puyuh.

1.2 Perumusan Masalah

Melihat banyaknya permintaan akan konsumsi telur pada masyarakat Indonesia. Permintaan akan konsumsi telur pada masyarakat Indonesia menjadi Salah satu peluang besar untuk pendirian usaha
peternakan burung puyuh. Selain itu permasalahan yang dihadapi oleh para
peternak burung puyuh adalah keterbatasan modal yang dimiliki sehingga berdampak pada jumlah produksi yang dihasilkan, dan kualitas produk yang dihasilkan.Oleh sebab itu dibutuhkan suatu analisis kelayakan usaha sebagai gambaran dari kelangsungan usaha yang akan dibangun, selama beberapa periode kedepan. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan berupa analisis kelayakan usaha peternakan burung puyuh.Analisis kelayakan usaha ini meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek sumber daya manusia,aspek legal dan lingkungan, serta aspek finansial.






2. STUDI LITERATUR

2.1Analisis Kelayakan Usaha

Usaha adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai dalam berbagai bidang, baik dari segi jumlah maupun waktunya.Umar(2007) menjelaskan bahwa analisis kelayakan usaha adalah suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak.Analisis kelayakan usaha terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,aspek sumber daya manusia,aspek legal dan lingkungan dan aspek finansial.Penjelasan mengenai kelima aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1.Aspek pasar,Pengertian pasar secara sederhana adalah tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lain yang lebih luas adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Dari pengertian ini mengandung arti bahwa pasar merupakan kumpulan atau himpunan para pembeli, baik pembeli nyata maupun pembeli potensial atas suatu produk atau jasa tertentu(Kasmir & Jakfar, 2006).Dalam aspek pasar ini dijelaskan juga mengenai permintaan dan penawaran, proyeksi permintaan dan penawaran,penentuan peluang pasar,penentuan harga jual,target penjualan, serta penentuan strategi pemasaran.

2.Aspek Teknis, aspek teknis merupakan aspek yang menilai tentang suatu usaha dikatakan layak dilihat dari teknis operasional secara rutin dan teknologi yang akan digunakan sehingga pada saat operasional tidak terjadi kesalahan fatal yang akan membuat biaya produksi semakin tinggi. Dan faktor-faktor lainnya yang akan membuat kerugian bagi perusahaan dimasa yang akan datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganilisis aspek ini adalah pemilihan dan perancangan produk, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan proses, dan fasilitas produksi, dan perencanaan lokasi bisnis (Umar, 2007).








3.Aspek Sumber Daya Manusia,
aspek manajemen sumber daya manusia merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis dalam kelayakan suatu usaha. Walaupun suatu usaha dinyatakan layak untuk dilakukan, namun apabila tidak didukung oleh manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin usaha tersebut akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut SDM maupun menyangkut rencana keseluruhan dari perusahaan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam proses manajemen.Dalam aspek sumber daya manusia terdapat perancangan struktur organisasi dan perencanaan tenaga kerja.

4.Aspek Legal dan Lingkungan,
seperti yang diketahui bahwa banyak usaha yang telah
berjalan pada akhirnya berhenti karena adanya masalah. Masalah-masalah yang timbul kadang-kadang sangat vital, sehingga usaha yang semula dinyatakan layak untuk semua aspek, ternyata menjadi kebalikannya. Hal ini disebabkan karena kurang teliti dalam penilaian dalam aspek hukum dan lingkungan sebelum usaha tersebut dilakukan. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-
dokumen yang dimiliki. Sedangkan tujuan dari aspek lingkungan adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, baik dampak negatif maupun dampak positif.

5.Aspek Finansial,
menurut Umar(2007) tujuan menganalisis aspek finansial dari analisis kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat dikembangkan.

2.2 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahuiakibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas, maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi
sebelumnya.Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, dan payback periodepada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.





3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar berisi tentang penentuan peluang pasar dan target penjualan usaha peternakan burung puyuh. Penentuan harga jual telur puyuh pun akan dibahas untuk mengetahui pada kisaran berapa, harga dapat bersaing dan berkembang serta strategi pemasaran yang digunakan. Terakhir kesimpulan dari semua kebutuhan yang ada pada aspek pasar akan ada penilaian, apakah usaha peternakan burung puyuh layak untuk didirikan atau tidak.

3.1.1
Penentuan Peluang Pasar dan Target Penjualan Peternakan Burung Puyuh
Perhitungan peluang pasar dilakukan untuk mengetahui besarnya peluang yang didapat perusahaan. Perhitungan peluang pasar didasarkan dari selisih antara nilai permintaan dan nilai penawaran. Peluang pasar untuk peternakan burung puyuh di Bandung dapat dilihat pada Tabel 1 dan target penjualan pada Tabel 2.

TAHUN
Permintaan (Butir)
Penawaran (Butir)
Peluang Pasar (Butir)
2015
21.500.000
11.120.000
10.380.000
2016
24.100.000
12.020.000
12.080.000
2017
26.700.000
12.920.000
13.780.000
2018
29.300.000
13.820.000
15.480.000
2019
31.900.000
14.720.000
17.180.000
                  Tabel 1.Peluang Pasar Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Bandung

Tahun
Peluang Pasar (Butir)
Target Penjualan (Butir)
2015
10.380.000
4.015.000
2016
12.080.000
4.015.000
2017
13.780.000
4.015.000
2018
15.480.000
4.015.000
2019
17.180.000
4.015.000
Tabel 2.Target Penjualan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Bandung

3.1.2Penentuan Harga Jual
Harga jual telur puyuh ditentukan oleh tingkat permintaan dan penawaran. Selain itu, harga pesaing mempengaruhi dalam menentukan harga jual. Harga jual ditentukan dengan pendekatan status quo yaitu pendekatan terhadap harga jual pesaing, harga jual telur puyuh sebesar Rp. 300 / butir.

3.1.3Penentuan Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran dilakukan agar mendapatkan dan mempertahankan konsumen. Strategi pemasaran yang digunakan dalam usaha peternakan burung puyuh ini adalah strategi harga dan strategi promosi.

3.1.4
Analisis Kelayakan Aspek Pasar

Usaha Peternakan Burung Puyuh Aspek pasar dikatakan layak apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah:

1.Terdapat peluang pasar yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Dalam analisis aspek pasar telah dilakukan perhitungan terhadap peluang pasar yang dapat dimanfaatkan. Peluang pasar didapat dari perhitungan selisih antara permintaan dan penawaran dan menghasilkan delta positif. Hasil perhitungan peluang pasar dapat dilihat pada Tabel 1.

2.Harga jual telur puyuh kompetitif dan dapat bersaing.

3.Terdapat strategi pemasaran yang sesuai, strategi pemasaran difokuskan pada dua komponen yaitu harga dan promosi. 


Ilmu Reproduksi Ternak Unggas. NDalu Aji Siregar

Sabtu, 19 Maret 2016

KARAKTERISTIK DAN JENIS SAPI POTONG

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri umum sapi potong adalah tubuh besar, badan simetris (berbentuk segi  empat/balok), kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat serta efisiensi pakan tinggi.

Sapi-sapi yang termasuk dalam golongan sapi potong diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   
           * Sapi Bali 
Karakteristik Sapi Bali

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia  hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos.
Sapi bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan hanya mengalami perubahan kecil dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng). Warna sapi betina dan anak atau muda biasanya coklat muda dengan garis hitam tipis terdapat di sepanjang tengah punggung. Warna sapi jantan adalah coklat ketika muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12-18 bulan sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas. (Hardjosubroto dan Astuti, 1993)
Karakteristik Sapi Bali memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi dan bobot badannya meskipun dipelihara di padang gembalaan yang kualitasnya rendah. Disamping itu, kemampuannya mencerna serat dan memanfaatkan protein pakan lebih baik daripada sapi lainnya. Pada umur 1,5 tahun bobot sapi bali mencapai 217,9 kg.  Dari segi produksi karkas, sapi bali memiliki persentase karkas yang tinggi dari pada sapi unggul lainnya. Persentase karkas sapi bali berkisar 56-57%. (baca: Karakteristik Sapi Bali).

2    *Sapi Ongole
Karakteristik Sapi Ongole

Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di Kabupaten Guntur, Provinsi Ndra Pradesh dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Sapi Ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek, kepala bagian depan lebar diantara kedua mata, bentuk mata elips dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam. Telinga agak kuat, ukuran 20-25 cm dan agak menjatuh. Tanduk pendek dan tumpul, tumbuh ke depan dank e belakang. Pada pangkal tanduk tebal dan tak ada retakan.
Warna sapi Ongole yang popular adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kakai kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot jantan sampai 600 kg dan betina 300-400 kg dengan berat lahir 20-25 kg, presentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging : tulang 3,23 : 1.

3.      Sumba Ongole (SO)
Karakteristik Sapi Sumba Ongole

Sapi sumba ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos Indicus yang berhasil dijinakan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba Ongole (SO) dan Sapi Peranakan Ongole (PO). Sumba Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun 1914. Sapi ini dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar Ongole di dalam negeri. Sapi Sumba Ongole gampang dikenali. Warna kulitnya putih, disekitar kepala sedikit lebih gelap cenderung abu-abu. Postur tubuhnya agak panjang, leher sedikit pendek dan kaki terlihat panjang (baca : Sapi Sumba Ongole Plasma Nutfah Pulau Sumba). Bobot maksimal sapi dewasa 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg. Persentase karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1.

4.      Sapi Peranakan Ongole (PO)
Karakteristik Sapi Peranakan Ongole

Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di bidang pertenakan yang disebut ongolisasi mengawinsilangkan sapi SO dengan sapi Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi peranakan ongole (PO).
Sapi peranakan ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk kepala pendek melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar. Pada sapi PO jantan, kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya, mata besar  terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar 1 cm dari mata berwarna hitam.
Ciri khas yang membedakan sapi PO dengan sapi-sapi  lainnya adalah ponok di atas gumba, kaki panjang berurat kuat, serta ada gelambir menggelantung dari bawah kepala, leher sampai perut. Saat dewasa, jantan PO bisa mencapai bobot sekira 600 Kg dan yang betina rata-rata 450 Kg. Pertambahan bobot sapi PO berkisar antara 0,4—0,8Kg/hari.

5.      Sapi Madura
Karakteristik Sapi Madura

Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura :
  1. Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata. 
  2. Paha belakang berwarna putih.
  3. Kaki depan berwarna merah muda. 
  4. Tanduk pendek beragam. 
  5. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm. 
  6. Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil. Secara umum, Sapi


6.      Sapi Brahman
Karakteristik Sapi Brahman

Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos Indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama aalah Kankrej (Guzerat), Nelore, Gir, dan Ongole. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada. Memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit.
Karakteristik sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000 kg, sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi lainnya. Presentase karkas 48,6 – 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83 – 1,5 kg.
Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman daspar beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka dapat bertahan dari suhu 8 – 105 oF, tanpa gangguan selera makan dan produksi susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi Eropa dan dikenal dengan Brahman Cross (BX).

7.      Sapi Brahman Cross (BX)
Karakteristik Sapi Brahman Cross

Menurut Minish dan Fox (1979) dalam (Priyo 2008) sapi Brahman hasil persilangan dengan Hereford disebut dengan Brahman Cross (BX).
Masih dalam Priyo (2008), Turner (1977) menambahkan bahwa Sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalan American Brahman, Hereford dan Shortron. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford, dan 25% darah Shorthron. Secara fisik bentuk fenotip sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya. Di Indonesia sapi BX di impor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sama dengan di Australia.
Sapi BX mempunyai sifat-sifat sepert:
  1. Presentase kelahiran 81,2%.
  2. Rataan bobot lahir 28,4 kg, bobot umur 13 bulan mecapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg.
  3. Angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5,2%, mortalitas sebelum disapih 4,4%, mortalitas setelah sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1,2% dan mortalitas dewasa sebesar 0,6%.
  4. Daya tahan terhadap panas cukuo tinggi karena produksi panas basal rendah dengan mengeluarkan panas yang efektif.
  5. Ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta
  6. Efisiensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shorthron (Turner,1997 dalam Priyo, 2008). 
8.      Sapi Hereford
Karakteristik Sapi Hereford

Sapi Hereford berasal dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah kecuali bagian muka, dada, perut bawah, dan ekor berwarna putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagian sapi bertanduk dan lainnya tidak.

9.      Sapi Brangus
Karakteristik Sapi Brangus

Sapi brangus merupakan hasil persilangan sapi betina Brahman dan pejantan angus. Cirri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat Brahman yang diwarisi brangus adalah dengan adanya punuk, tahan udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya kurang baik. Sedangkan sapi angus yang diturunkan produktivitas daging dan presentase karkasnya tinggi.

10.  Sapi Aberden Angus
Karakteristik Sapi Angus

Sapi angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini tidak memiliki tanduk umur dewasa sapi angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi, sebagai penghasil daging dan tidak digunakan sebagai penghasil susu. Anak pedet ukurannya kecil sehingga induk tidak mengalami banyak stress saat proses melahirkan. Untuk memperbaiki genetic sapi ini sering dikawin silangkan dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasl persilangan disebut Brangus (Brahman Angus).
Di Indonesia sapi angus diperkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Barudi beberapa tempat di jawa tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak, tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900 kg sedangkan betina 700 kg. presentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat baik dengan lemak yang menyebar dengan baik di dalam daging.

11.  Sapi Shorthorn
Karakteristik Sapi Shorthorn

Sapi ini sama dengan sapi Hereford yaitu sama-sama dikembangkan di Inggris. Bobot sapi jantan mencapai 1100 kg dan sapi betina 850 kg. Bulunya berbentuk merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus. Pertumbuhan ototnya kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi kebanyakan tidak bertanduk.

12.  Sapi Droughmaster
Karakteristik Sapi Droughmaster

Merupakan persilangan antara betina Brahman dan jantan shortron, dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia. Sifat Brahman lebih dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah coklat muda hingga merah atau coklat tua. Pada ambing sapi betina terdapat bercak putih.

13.  Sapi Santa Gertrudis
Karakteristik Sapi Santa Gertrudis

Sapi ini merupakan sapi hasil persilangan sapi Brahman dengan sapi betina shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot jantan rata-rata 900 kg dan betina 725 kg. Badan sapi besar dan padat. Seluruh tubuh dipenuhi bulu halus dan pendek serta berwarna merah kecoklatan. Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal. Kepala lebar, dahi agak berlekuk dan mukanya lurus. Gelembir lebar berada di bawah leher dan perut. Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa sapi santa gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak.

14.  Sapi Simmental
Karakteristik Sapi Simental

Sapi Simmental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pada tahun 1990 bulu sapi Simmental berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih baik.
Sapi Simmental adalah jenis sapi jinak dan mudah dikelola, dan dikenal dengan pola daging yang ekstrim. Sapi yang asli badannya besar dengan tulang iga yang dangkal, tetapi akhir-akhir ini tubuh yang sedang lebih disenangi. Sapi jantan beratnya 1000 – 1400 kg, sedang betina 600 – 850 kg. Masa produksi sapi betina 10 – 12 tahun.

15.  Sapi Limousine
Karakteristik Sapi Limousine

Sapi limousine merupakan sapi keturunan eropa yang berkembang di Prancis. Tingkat pertambahan bobot badan yang tinggi perharinya 1,1 kg. ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya lebar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus, sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lututke bawah berwarna terang tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung, bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.



Sumber Dari: http://dodymisa.blogspot.com/2015/05/karakteristik-dan-jenis-sapi-potong.html#ixzz43Kul4Vub